Advertisement
Puruk Cahu, Benuapos24.com — Upaya penanggulangan stunting di Kabupaten Murung Raya terus berjalan meski dihadapkan pada tantangan besar, khususnya terkait dengan pengumpulan data di wilayah-wilayah terpencil.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Murung Raya menyebutkan bahwa sistem data yang digunakan saat ini, yakni Program Pemantauan Balita Gizi dan Makanan (PPBGM), sebenarnya mampu memberikan gambaran yang lebih akurat dibanding Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Namun, tingkat keakuratan tersebut bergantung pada cakupan minimal 80% yang belum sepenuhnya tercapai.
> “PPBGM cenderung lebih presisi, tapi validitasnya sangat tergantung pada cakupan yang memadai. Ini cukup menantang di lapangan,” ujarnya saat ditemui pada Senin (21/4/2025).
Ia menjelaskan, kondisi geografis Murung Raya yang sangat luas—mencapai sekitar 23.700 km²—menjadi tantangan tersendiri dalam menjangkau seluruh desa. Beberapa lokasi bahkan hanya bisa ditempuh dengan perjalanan darat dan sungai selama dua hari.
Data dari SSGI tahun 2023 menunjukkan angka stunting di Murung Raya sebesar 40,9%. Namun, terjadi penurunan signifikan pada tahun 2024 menjadi sekitar 21%. Sementara itu, PPBGM mencatat angka stunting antara 12–13%, meskipun proses verifikasi data masih dihadapkan pada keterbatasan dana dan akses.
> “Proses pengumpulan datanya cukup berat, tapi kita tetap bersyukur karena Murung Raya masih tergolong zona hijau,” jelasnya.
Dinas Kesehatan Murung Raya menegaskan bahwa meski penuh hambatan, mereka akan terus melanjutkan program intervensi penurunan stunting sebagai bagian dari upaya membentuk generasi masa depan yang sehat dan produktif.
> “Ini investasi jangka panjang untuk daerah. Kami akan tetap fokus menekan angka stunting, terutama di desa-desa yang sulit dijangkau,” tegasnya.
Pemerintah daerah pun diharapkan dapat memperkuat dukungan, baik dari sisi anggaran maupun sinergi antarinstansi, agar program penanganan stunting dapat berjalan optimal hingga ke akar rumput.